Di dunia pengembangan perangkat lunak, proses Quality Assurance (QA) kerap dianggap sebagai tahap “pengaman akhir” sebelum rilis. Namun, di LOGIQUE Digital Indonesia — sebuah perusahaan konsultan IT yang berfokus pada pengembangan perangkat lunak dan solusi digital inovatif —, QA adalah sistem pengujian strategis yang memainkan peran sentral sejak awal pengembangan. Tidak sekadar mencari bug, QA di sini menjadi penjaga kualitas yang merancang, mengawasi, dan memastikan standar mutu sesuai ekspektasi bisnis klien.
Table of Contents
Perbedaan Proses Quality Assurance di LOGIQUE vs. Software House Biasa
Perusahaan pengembang perangkat lunak pada umumnya membangun dan mengelola produk internal dengan siklus yang relatif tetap. QA pada model ini seringkali bekerja dengan sistem dan fitur yang sudah mereka kenal luar-dalam.
Sebaliknya, sebagai konsultan IT, Logique menangani proyek lintas klien, masing-masing dengan tantangan unik. Dari aplikasi lelang kendaraan hingga sistem inspeksi digital dan pengembangan web otomotif, kebutuhan tiap proyek berbeda. QA dituntut untuk memahami konteks bisnis, regulasi industri, dan ekspektasi pengguna akhir dari awal proses.
Baca Juga: Tahapan SDLC (Software Development Life Cycle): Pengertian & Modelnya
Standar Kualitas yang Disusun Sendiri: Pilar Unik LOGIQUE
Yang membedakan proses Quality Assurance di LOGIQUE dengan banyak perusahaan lain adalah kemampuannya menyusun dan menerapkan standar kualitas internal secara independen. Ini bukan checklist generik — tapi parameter detail yang dikembangkan berdasarkan kombinasi antara best practice industri dan kebutuhan spesifik klien.
Dengan pendekatan ini, QA LOGIQUE mampu:
- Menyesuaikan tolok ukur kualitas dengan model bisnis klien
- Mendeteksi potensi celah dari sisi teknis maupun usability
- Menjamin kesesuaian aplikasi dengan proses operasional aktual di lapangan
Proses Quality Assurance yang Bertingkat dan Ketat
Setiap proyek diawali dengan kick-off QA, yaitu proses untuk memetakan kebutuhan, risiko, dan ekspektasi yang disepakati bersama antara klien dan tim developer. Tim QA kemudian menyusun test case berbasis skenario nyata — tidak hanya berdasarkan dokumentasi teknis, tetapi juga wawasan dari pengalaman proyek sejenis.
Langkah-langkah pengujian mencakup:
- Functional & Integration Testing: Fokus pada akurasi alur proses dan kestabilan integrasi sistem
- Security & WAF Testing: Terutama untuk aplikasi yang menangani data sensitif
- Regression Testing Otomatis: Menjamin fitur lama tetap stabil seiring penambahan fitur baru
- UAT Pendampingan Klien: QA aktif dalam proses user acceptance testing, memberikan panduan dan dokumentasi lengkap
Studi Kasus Singkat: Aplikasi Lelang Kendaraan
Dalam salah satu proyek aplikasi lelang kendaraan, tantangan utama adalah memastikan sinkronisasi real-time antara sistem pendaftaran unit, jadwal lelang, dan pelaporan hasil. QA Logique tidak hanya menguji fitur, tetapi juga merancang skenario simulasi dengan data dinamis, mengantisipasi penggunaan ekstrem di hari lelang utama.
Hasilnya: aplikasi berjalan stabil, mampu menangani lonjakan trafik, dan mendapat validasi langsung dari tim operasional klien.
Baca Juga: Pengertian Design Thinking dan 5 Tahapan di Dalamnya
Penutup: QA sebagai Mitra Strategis
Di Logique, QA bukan sekadar proses validasi — tapi bagian dari strategic value chain yang menjamin keberhasilan proyek. Dengan menyusun standar sendiri dan mengedepankan pengujian kontekstual yang ketat, tim QA menjadi penjaga kualitas sekaligus mitra andal dalam menghadirkan solusi digital yang sesuai kebutuhan nyata industri otomotif.
Kualitas bukan sekadar tujuan akhir, tapi fondasi dari kepercayaan yang kami bangun dengan setiap klien.
Jika Anda mencari solusi pengembangan aplikasi dan website yang tepercaya, LOGIQUE siap membantu. Tim QA LOGIQUE akan memastikan setiap software yang dikembangkan berkualitas tinggi, aman, dan berfungsi optimal. Hubungi kami sekarang dan biarkan kami menjadi mitra Anda dalam mewujudkan proyek digital yang sukses.