Keamanan Siber di Indonesia: Ancaman & Tantangan yang Dihadapi

Sumber: www.freepik.com

Keamanan siber di Indonesia menjadi isu yang semakin penting seiring dengan pesatnya perkembangan digitalisasi di berbagai sektor. Dalam beberapa tahun terakhir, transformasi digital telah mengubah cara masyarakat Indonesia beraktivitas, mulai dari melakukan transaksi perbankan hingga mengakses layanan kesehatan, pendidikan, dan sektor pemerintahan. 

Penggunaan internet dan teknologi informasi memang memberikan banyak kemudahan. Namun di sisi lain juga membawa risiko baru berupa ancaman siber yang semakin kompleks dan beragam. Ancaman seperti malware, ransomware, phishing, dan kebocoran data pribadi saat ini menjadi tantangan nyata yang harus dihadapi oleh individu, perusahaan, dan pemerintah.

Oleh karena itu, keamanan siber di Indonesia tidak bisa diabaikan. Perlindungan terhadap data pribadi, keamanan transaksi digital, serta menjaga keandalan infrastruktur penting seperti sistem perbankan, transportasi, dan layanan publik menjadi prioritas utama. Tanpa upaya yang serius dalam memperkuat keamanan siber, risiko kebocoran data dan gangguan layanan vital dapat berdampak pada kepercayaan masyarakat serta stabilitas ekonomi nasional.

Kondisi Keamanan Siber di Indonesia

Berdasarkan laporan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), sepanjang Januari hingga Agustus 2024, tercatat sebanyak 122,79 juta anomali trafik internet di Indonesia. Anomali ini mencakup berbagai aktivitas mencurigakan, mulai dari penyebaran malware, aktivitas trojan, hingga upaya akses tidak sah ke berbagai sistem informasi. Fakta ini menunjukkan bahwa potensi risiko serangan terhadap sistem digital Indonesia masih sangat tinggi.

Anomali trafik yang ada di Indonesia itu didominasi oleh malware hampir 60 persen, kemudian secara spesifik adalah trojan,” ujar Edit dalam acara Cybersecurity Symposiums (CSS) Indonesia 2024, Kamis 31 Oktober 2024. (Dikutip dari infobanknews.com)

Di sisi lain, perusahaan keamanan global Kaspersky juga melaporkan bahwa sepanjang tahun 2024, telah terjadi lebih dari 19 juta serangan berbasis web yang menargetkan pengguna di Indonesia. Selain itu, tercatat 36 juta insiden ancaman lokal, yaitu ancaman yang menyerang perangkat melalui media seperti USB, CD, atau file yang diunduh secara offline. Angka ini menunjukkan bahwa vektor serangan di Indonesia sangat beragam, baik dari sumber eksternal melalui internet maupun dari perangkat lokal yang tidak terlindungi dengan baik.

Contoh kasus serangan siber

Beberapa contoh kasus serangan siber yang terjadi di tahun 2024 yang lalu seperti:

  • Hacker Stormous berhasil mengakses data sensitif PT KAI. Chairman Lembaga Riset Keamanan Siber CISSReC Pratama Persadha mengatakan menurut data yang berhasil digali, terdapat 82 kredensial karyawan KAI yang bocor serta hampir 22.500  kredensial pelanggan dan 50 kredensial dari karyawan perusahaan lain yang bermitra dengan KAI. (Sumber: teknologi.bisnis.com)
  • Grup peretas Brain Cipher menyerang Pusat Data Nasional Sementara 2 Surabaya. Pelaku meminta tebusan US$8 juta Rp 131,8 miliar untuk membuka data yang terkunci. (Sumber:  www.cnbcindonesia.com)
  • Data pribadi pegawai negeri sipil (PNS) yang dikelola oleh Badan Kepegawaian Negara (BKN) diduga telah menjadi target serangan siber oleh peretas anonim bernama “TopiAx”. Data tersebut kemudian ditawarkan untuk dijual di BreachForums, sebuah forum yang dikenal sebagai tempat transaksi data hasil peretasan, dengan harga sekitar US$ 10 ribu atau setara Rp 160 juta. (Sumber: www.tempo.co/)

Melihat tingginya ancaman tersebut, penting bagi semua sektor untuk meningkatkan kesadaran dan kapasitas dalam menghadapi risiko siber. Penguatan keamanan siber di Indonesia tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga seluruh pemangku kepentingan, termasuk pelaku bisnis dan masyarakat umum, untuk menciptakan ruang digital yang aman dan tepercaya.

Baca Juga: Apa Itu Keamanan Siber: Pengertian dan Jenis-jenisnya

Faktor Penyebab Kerentanan Keamanan Siber di Indonesia

Meski upaya peningkatan keamanan terus dilakukan, masih terdapat sejumlah tantangan mendasar yang menjadi penyebab lemahnya ketahanan siber. Berikut beberapa faktor utama yang mempengaruhi kerentanan keamanan siber di Indonesia:

1. Rendahnya Literasi Keamanan Siber di Masyarakat

Salah satu tantangan terbesar dalam meningkatkan keamanan siber di Indonesia adalah masih rendahnya literasi digital. Banyak pengguna internet di Indonesia yang belum memahami risiko berbagi informasi pribadi secara sembarangan, menggunakan password yang lemah, atau mengakses situs dan aplikasi yang tidak terpercaya.

Minimnya pemahaman ini sering dimanfaatkan oleh pelaku kejahatan siber untuk melakukan serangan siber. Contohnya seperti dengan metode social engineering, penipuan online, atau penyebaran malware.

2. Keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM) di Bidang Keamanan Siber

Ketersediaan tenaga ahli yang kompeten dalam bidang keamanan siber di Indonesia masih terbatas. Banyak institusi belum memiliki tim internal yang kompeten. Akibatnya, deteksi dan respons terhadap insiden siber sering terlambat dan kurang efektif.

Baca Juga: Sertifikasi Cyber Security Para Ahli Keamanan Siber di LOGIQUE

3. Implementasi Keamanan yang Lemah di Lembaga dan Perusahaan

Banyak lembaga, baik pemerintah maupun swasta, masih menjalankan sistem teknologi informasi dengan standar keamanan yang belum optimal. Beberapa institusi masih menggunakan sistem operasi dan perangkat lunak yang sudah usang atau tidak diperbarui (outdated), serta menggunakan password yang mudah ditebak. Hal ini mengakibatkan sistem menjadi rentan terhadap eksploitasi oleh pihak tidak bertanggung jawab. Selain itu, minimnya pengawasan, audit keamanan secara berkala, serta kurangnya prosedur mitigasi risiko turut memperburuk kondisi keamanan siber di Indonesia.

Rekomendasi Strategis untuk Meningkatkan Keamanan Siber di Indonesia

1. Meningkatkan Literasi dan Kesadaran Keamanan Siber Masyarakat

Salah satu langkah penting untuk meningkatkan keamanan siber di Indonesia adalah edukasi masyarakat. Mereka perlu memahami pentingnya melindungi data pribadi dan cara menghindari ancaman siber. Program pelatihan dan kampanye publik harus diperluas. Tujuannya untuk meningkatkan kesadaran akan praktik keamanan yang baik.

Beberapa langkah dasar yang perlu diterapkan, antara lain penggunaan kata sandi yang kuat, waspada terhadap phishing, dan rutin memperbarui perangkat lunak. Literasi digital yang lebih baik akan membantu mengurangi risiko serangan rekayasa sosial (social engineering). Metode ini sering digunakan pelaku kejahatan sebagai pintu masuk ke sistem.

2. Memperkuat Sumber Daya Manusia (SDM) di Bidang Keamanan Siber

Ketersediaan tenaga ahli di bidang keamanan siber di Indonesia masih menjadi tantangan. Oleh karena itu, diperlukan investasi dalam pengembangan SDM melalui pelatihan, sertifikasi profesional, dan kerja sama dengan institusi pendidikan.

3. Meningkatkan Keamanan Sistem dengan Pengujian Penetrasi (Pentest)

Lembaga pemerintah dan perusahaan perlu menerapkan penetration testing (pentest) secara berkala untuk mengidentifikasi dan memperbaiki celah keamanan sebelum dapat dieksploitasi oleh peretas. Pentest adalah metode pengujian sistem dengan mensimulasikan serangan siber untuk mengukur seberapa rentan suatu infrastruktur terhadap ancaman. Dengan melakukan pentest secara rutin, organisasi dapat memperbaiki kelemahan dalam sistemnya dan meningkatkan ketahanan terhadap serangan.

4. Mengadopsi Standar dan Kebijakan Keamanan yang Lebih Ketat

Untuk memperkuat keamanan siber di Indonesia, setiap organisasi perlu mengadopsi standar keamanan siber yang diakui secara global, contohnya seperti ISO 27001. Selain itu, penggunaan OWASP Top Ten juga penting. OWASP Top Ten bisa menjadi pedoman dalam pengembangan aplikasi yang membantu mengidentifikasi serta mencegah celah keamanan seperti SQL Injection, Cross-Site Scripting (XSS), dll.

5.  Memperkuat Penegakan Hukum dan Regulasi Keamanan Siber

Perlindungan hukum yang lebih kuat menjadi elemen penting dalam menjaga keamanan siber di Indonesia. Pemerintah perlu memastikan bahwa regulasi seperti Undang-Undang Pelindungan Data Pribadi (UU PDP) dan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) diterapkan secara efektif. 

Baca Juga: Sanksi UU PDP dan Cara Menghindari Pelanggaran Data

Tantangan keamanan siber di Indonesia semakin kompleks seiring meningkatnya digitalisasi di berbagai sektor. Perlindungan data pribadi dan sistem digital membutuhkan upaya serius, mulai dari peningkatan kesadaran hingga penguatan sistem keamanan.

LOGIQUE Digital Indonesia siap membantu Anda menjaga keamanan sistem dengan jasa keamanan siber. Kami menawarkan simulasi phishing, jasa pentest, dan vulnerability assessment (VA). Pastikan bisnis Anda terlindungi dari ancaman siber yang terus berkembang. Hubungi LOGIQUE untuk konsultasi lebih lanjut!

Feradhita NKD
Feradhita NKD

https://www.logique.co.id/blog/author/feradhita/

Hai! Saya adalah content writer berpengalaman dengan minat mendalam di dunia teknologi. Saya senang menjelajahi tren terbaru di dunia IT, pentest, keamanan siber, dan menerjemahkan informasi teknis menjadi tulisan yang menarik. Dengan fokus pada kebutuhan audiens dan penggunaan bahasa sederhana, saya berusaha menyajikan informasi kompleks dengan cara yang mudah dipahami.