Sistem keamanan biometrik menjadi salah satu metode otentikasi yang semakin populer. Dengan memanfaatkan karakteristik unik individu, seperti sidik jari, wajah, iris mata, dan suara, sistem ini menawarkan cara praktis dan aman untuk mengidentifikasi pengguna.
Namun meskipun dianggap aman, sistem keamanan biometrik tidak sepenuhnya bebas dari ancaman. Seiring dengan meningkatnya penggunaan biometrik, muncul pula berbagai risiko dan tantangan yang perlu diperhatikan.
Pada artikel kali ini, kami akan menjelaskan tantangan atau kelemahan yang mungkin ditemukan pada sistem keamanan biometrik. Dengan demikian, perusahaan bisa lebih siap dalam mengamankan data biometrik dan menjaga integritas sistem keamanan.
Table of Contents
Apa Itu Sistem Keamanan Biometrik?
Secara garis besar, sistem keamanan biometrik adalah sistem otentikasi yang menggunakan karakteristik individu untuk memverifikasi identitas seseorang. Biometrik berasal dari kata “bios,” yang berarti kehidupan, dan “matric,” yang berarti pengukuran. Secara harfiah, biometrik adalah pengukuran dan analisis karakteristik biologis atau perilaku seseorang. Karakteristik ini kemudian digunakan untuk mengidentifikasi atau memverifikasi identitas seseorang.
Karakteristik biometrik sangat unik untuk setiap individu, sehingga tingkat akurasi dalam otentikasi sangat tinggi. Hal ini mengurangi risiko kesalahan otentikasi atau akses oleh pihak yang tidak berwenang.
Sistem keamanan biometrik juga memudahkan pengguna. Dengan metode ini, mereka tidak perlu mengingat kata sandi atau membawa token keamanan. Cukup dengan sidik jari, wajah, atau suara, maka identitas dapat diverifikasi dalam hitungan detik.
Jenis Keamanan Biometrik
Kaspersky menjelaskan bahwa terdapat tiga jenis keamanan biometrik yaitu:
1. Biometrik biologis
Biometrik biologis menggunakan ciri-ciri pada tingkat genetik dan molekuler dari tubuh Anda. Ini berarti data yang digunakan untuk identifikasi berasal dari informasi mendalam di dalam tubuh, seperti DNA.
2. Biometrik Morfologis
Biometrik morfologis berkaitan dengan struktur fisik tubuh Anda yang dapat dipetakan untuk digunakan dengan pemindai keamanan. Contohnya seperti sidik jari dan iris mata.
3. Biometrik Perilaku
Biometrik perilaku didasarkan pada pola kebiasaan dan perilaku unik setiap orang. Contohnya seperti cara Anda berjalan.
Baca Juga: Data BAIS, INAFIS, Kemenhub Diduga Bocor dan Dijual di Dark Web
Tantangan pada Sistem Keamanan Biometrik
Meskipun sistem keamanan biometrik dianggap lebih aman dibandingkan metode tradisional, namun sistem ini memiliki beberapa risiko yang bisa mengancam, seperti:
1. Pencurian dan Pemalsuan Data Biometrik
Biometrik digunakan untuk identifikasi dan otentikasi individu dengan memanfaatkan ciri-ciri biologis atau perilaku unik seperti sidik jari, wajah, atau pola iris. Ini menawarkan keuntungan dalam hal manajemen identitas karena sifatnya yang sulit ditiru atau dipalsukan.
Meskipun demikian, sistem ini tidak sepenuhnya kebal terhadap penipuan atau pencurian identitas. Misalnya, artefak palsu (seperti replika dari ciri biometrik) kadang-kadang bisa dibuat dan digunakan untuk mengecoh sensor biometrik. Ini biasanya dikenal sebagai spoofing, dan merupakan tantangan bagi keamanan sistem biometrik.
2. Biometrik yang Dikompromikan
Kata sandi atau token identitas dapat diubah atau dibatalkan jika ada indikasi bahwa informasi tersebut telah dikompromikan (diakses, dicuri, atau digunakan tanpa izin). Namun dengan biometrik, fitur fisik atau perilaku seperti sidik jari atau wajah tidak bisa diubah jika data tersebut dicuri atau disalahgunakan.
Oleh karena itu, jika sidik jari atau ciri fisiologis biometrik seseorang dikompromikan, maka akan sangat sulit bahkan hampir mustahil untuk bisa mengaturnya kembali. Hal ini bisa menjadi masalah saat menggunakan ciri biometrik tersebut untuk autentikasi di masa depan.
3. Ancaman Serangan Siber
Sama seperti sistem keamanan lain, para peretas juga akan mencoba berbagai cara untuk membobol sistem keamanan biometrik. Beberapa teknik yang bisa dilakukan seperti:
- Malware
Perangkat lunak berbahaya yang dirancang untuk merusak atau mengakses sistem secara ilegal. Untuk menyerang sistem biometrik, malware jenis keylogger dan spyware dapat dipasang pada perangkat untuk merekam data biometrik saat dikumpulkan atau diproses.
Serangan ini melibatkan manipulasi psikologis untuk memperoleh kredensial login (seperti username dan password) dari pengguna secara ilegal. Dengan kredensial ini, penyerang dapat mengakses akun atau sistem yang dilindungi oleh sistem keamanan biometrik.
Baca Juga: Kenali Ciri-ciri Penipuan Email Geek Squad, Jangan Tertipu!
Strategi Mitigasi dan Perlindungan Terhadap Ancaman
Sistem keamanan biometrik meskipun menawarkan tingkat keamanan yang tinggi, tetapi tetap memiliki kelemahan. Oleh karena itu, ada beberapa strategi mitigasi yang bisa dilakukan untuk meningkatkan keamanan aplikasi yang mempergunakan sistem otentikasi biometrik. Berikut beberapa diantaranya:
1. Implementasi Keamanan Berlapis
Selain biometrik, tambahkan lapisan keamanan tambahan seperti kata sandi atau token autentikasi untuk meningkatkan perlindungan. Autentikasi multi-faktor (MFA) bisa dipergunakan untuk memastikan bahwa bahkan jika data biometrik dikompromikan, maka akses masih memerlukan verifikasi identitas melalui metode lain.
Selain itu terapkan kontrol berbasis peran. Batasi akses ke data biometrik dan sistem berdasarkan peran dan kebutuhan. Pastikan hanya personel yang berwenang yang dapat mengakses informasi sensitif atau mengubah pengaturan sistem.
2. Enkripsi Data
Enkripsi data biometrik saat disimpan dan saat ditransmisikan untuk melindunginya dari akses tidak sah. Gunakan algoritma enkripsi yang kuat untuk memastikan bahwa data biometrik tidak dapat dengan mudah diakses oleh pihak yang tidak berwenang.
3. Deteksi dan Pemantauan
Implementasikan sistem pemantauan untuk mendeteksi aktivitas mencurigakan atau tidak biasa. Pemantauan real-time dapat membantu dalam mengidentifikasi dan merespons potensi ancaman dengan cepat. Tinjau juga log aktivitas sistem secara berkala untuk mendeteksi pola yang tidak biasa atau upaya akses yang mencurigakan.
4. Pelatihan Pengguna
Berikan pelatihan kepada pengguna dan staf tentang bahaya social engineering, teknik penipuan, dan cara melindungi data biometrik. Kesadaran yang tinggi dapat mengurangi risiko terjebaknya dalam skema penipuan.
Anda bisa menggunakan solusi simulasi serangan phishing untuk melatih karyawan di perusahaan Anda. Latihan ini dapat membuat karyawan lebih aware terhadap keberadaan serangan social engineering tersebut.
5. Audit keamanan siber
Audit keamanan siber dapat secara signifikan mengurangi risiko ancaman serangan pada sistem keamanan biometrik. Proses ini dapat membantu mengidentifikasi kerentanan dalam sistem biometrik, seperti kelemahan dalam perangkat lunak, konfigurasi yang tidak aman, atau kesalahan implementasi. Mengidentifikasi kerentanan ini memungkinkan perusahaan untuk memperbaiki atau menutup celah sebelum penyerang dapat mengeksploitasinya.
Anda juga bisa melakukan penetration testing. Penetration testing, atau uji penetrasi, mensimulasikan serangan dari perspektif penyerang untuk menemukan titik lemah dalam sistem keamanan biometrik sebelum penyerang nyata dapat mengeksploitasi mereka. Dengan melakukan uji penetrasi secara berkala, perusahaan dapat mengidentifikasi dan mengatasi kerentanan yang mungkin tidak terdeteksi oleh audit atau metode keamanan lainnya.
LOGIQUE Digital Indonesia menawarkan layanan penetration testing yang komprehensif untuk membantu mengamankan aplikasi Anda. Tim kami akan mensimulasikan berbagai teknik serangan untuk mengidentifikasi potensi kerentanan dan memberikan rekomendasi untuk perbaikan. Dengan layanan kami, Anda dapat memastikan bahwa aplikasi Anda terlindungi dari ancaman siber yang terus berkembang.