Vulnerable and Outdated Components (komponen rentan dan usang) merujuk pada library atau framework pihak ketiga yang digunakan dalam aplikasi web. Komponen ini memiliki kerentanan yang diketahui atau tidak lagi didukung oleh pembuatnya sehingga rentan dieksploitasi oleh para peretas.
Open Web Application Security Project (OWASP) adalah organisasi nirlaba yang menyediakan informasi tentang keamanan aplikasi web. OWASP Top 10 adalah daftar risiko keamanan aplikasi web yang paling kritis. Dalam artikel ini, kita akan membahas item keenam dalam daftar OWASP Top 10 tersebut yaitu “Vulnerable and Outdated Components”. Silakan simak penjelasan selengkapnya, untuk mendapatkan awareness yang lebih baik terkait keamanan siber.
Table of Contents
Definisi: Vulnerable and Outdated Components
Vulnerable and Outdated Components adalah elemen-elemen perangkat lunak dalam aplikasi web yang memiliki kerentanan keamanan atau tidak lagi didukung oleh pengembangnya dengan pembaruan atau patch keamanan. Komponen-komponen ini dapat berupa library, framework, modul, atau bagian lain dari perangkat lunak yang digunakan dalam pengembangan aplikasi web.
Komponen yang tidak diperbarui bisa menjadi target potensial bagi penyerang yang mencari celah keamanan untuk dieksploitasi. Hal ini terjadi karena komponen tersebut mungkin mengandung bug atau celah keamanan yang telah ditemukan dan dipublikasikan, tetapi belum diperbaiki.
Baca Juga: Broken Access Control: Risiko Keamanan & Cara Menghindarinya
Mengapa Vulnerable and Outdated Components Menjadi Ancaman Serius?
Penggunaan komponen yang rentan dan usang dapat menimbulkan risiko yang signifikan terhadap aplikasi web. Berikut beberapa risiko yang dapat ditimbulkan:
1. Eksploitasi Kerentanan
Perlu Anda pahami bahwa banyak kerentanan keamanan dalam komponen perangkat lunak yang telah diketahui secara publik. Kerentanan tersebut juga telah terdokumentasi, bahkan cara untuk mengeksploitasinya juga tersedia secara luas. Hal ini membuat peretas mencari sistem yang masih menggunakan komponen tersebut sebagai celah untuk masuk ke dalam sistem.
2. Tidak Ada Dukungan dan Patch Keamanan
Komponen yang sudah usang tidak lagi mendapatkan pembaruan atau patch keamanan dari tim pengembangnya. Oleh karena itu, setiap kerentanan baru yang ditemukan dalam komponen tersebut tidak akan diperbaiki. Kondisi ini membuat jumlah kerentanan yang dapat dieksploitasi oleh penyerang akan terus meningkat seiring berjalannya waktu.
3. Potensi Dampak yang Luas
Aplikasi web umumnya terdiri dari banyak komponen yang saling bergantung. Jika satu komponen memiliki kerentanan, maka seluruh sistem dapat terpengaruh. Sebagai contoh, jika sebuah library yang digunakan untuk enkripsi data memiliki kerentanan, seluruh data yang dienkripsi dengan library tersebut dapat terancam. Kerentanan dalam satu komponen dapat menyebar dan mempengaruhi komponen lain, menciptakan efek berantai yang memperbesar risiko.
4. Kerugian Finansial dan Reputasi
Serangan yang berhasil mengeksploitasi komponen yang rentan dapat menyebabkan kerugian finansial yang signifikan. Kondisi ini membuat pihak pengembang aplikasi web perlu mengeluarkan biaya untuk memperbaiki sistemnya, atau bahkan dikenai sanksi UU PDP yang berlaku di Indonesia. Selain itu, serangan ini dapat merusak reputasi perusahaan, mengurangi kepercayaan pelanggan, dan berdampak negatif pada hubungan bisnis. Menghadapi pelanggaran data juga dapat memakan waktu dan sumber daya yang besar untuk pemulihan.
5. Penurunan Kinerja dan Ketidakstabilan Sistem
Komponen yang tidak diperbarui mungkin tidak hanya rentan terhadap serangan, tetapi juga dapat menyebabkan masalah kinerja dan ketidakstabilan sistem. Perangkat lunak yang usang mungkin tidak kompatibel dengan teknologi terbaru atau pembaruan lain dalam sistem, yang dapat menyebabkan crash, kehilangan data, atau downtime yang tidak terduga.
Contoh Serangan yang Memanfaatkan Vulnerable and Outdated Components
Salah satu contoh kasus yang memanfaatkan vulnerable and outdated components adalah serangan ransomware WannaCry yang menyerang ribuan komputer di seluruh dunia pada tahun 2017. WannaCry menyebar dengan memanfaatkan kerentanan Windows yang dikenal sebagai MS17-010 di mana peretas menggunakan EternalBlue untuk mengeksploitasinya.
Setelah terinstal pada satu mesin, WannaCry akan memindai jaringan untuk menemukan perangkat lain yang rentan. Ransomware ini memasuki sistem melalui eksploitasi EternalBlue dengan menggunakan alat backdoor bernama DoublePulsar untuk menginstal dan menjalankan dirinya sendiri. Akibatnya, WannaCry dapat menyebar dengan cepat tanpa memerlukan interaksi manusia atau file dan program host.
Baca Juga: Security Misconfiguration, Cara untuk Mengidentifikasinya
Cara Menghindari Risiko Keamanan dari Vulnerable and Outdated Components
1. Memantau dan Menginventarisasi Komponen
Langkah pertama untuk menghindari masalah vulnerable and outdated components adalah dengan memiliki inventaris yang lengkap dan terbaru dari semua komponen perangkat lunak yang digunakan dalam aplikasi web. Ini mencakup library pihak ketiga, framework, modul, dan dependensi lainnya. Dengan memantau komponen secara teratur, Anda dapat segera mengidentifikasi versi yang memerlukan pembaruan atau memiliki kerentanan.
2. Menggunakan Alat Manajemen Ketergantungan
Gunakan alat manajemen ketergantungan seperti Maven, Gradle, atau npm untuk secara otomatis melacak dan mengelola pembaruan komponen. Alat-alat ini dapat membantu memastikan bahwa Anda selalu menggunakan versi terbaru dan paling aman dari komponen perangkat lunak.
3. Menerapkan Pembaruan dan Patch Secara Berkala
Selalu terapkan pembaruan dan patch keamanan secepat mungkin setelah mereka dirilis. Jika memungkinkan, lakukan otomatisasi pembaruan untuk mengurangi beban kerja manual dan memastikan bahwa semua sistem tetap up-to-date.
Baca Juga: Apa Itu Cryptographic Failures (OWASP 02:2021)
4. Menjalankan Pemindaian Keamanan Berkala
Lakukan pemindaian keamanan secara rutin untuk mengidentifikasi kerentanan dalam komponen perangkat lunak. Alat pemindai keamanan seperti OWASP Dependency-Check atau Snyk dapat membantu mendeteksi komponen yang rentan dan memberikan rekomendasi pembaruan.
5. Menggunakan Prinsip “Least Privilege”:
Batasi akses ke komponen perangkat lunak dan data hanya kepada individu atau sistem yang membutuhkannya. Dengan menerapkan prinsip “least privilege,” Anda dapat mengurangi risiko jika suatu komponen menjadi rentan, karena akses yang tidak perlu akan diminimalkan.
6. Mendidik dan Melatih Tim Pengembang
Pastikan bahwa tim pengembang Anda memahami pentingnya keamanan perangkat lunak dan tahu bagaimana mengidentifikasi serta mengatasi kerentanan dalam komponen. Pelatihan dan edukasi berkelanjutan tentang praktik terbaik keamanan dapat membantu membangun budaya keamanan di dalam perusahaan.
7. Memanfaatkan Layanan dan Sumber Daya Keamanan Eksternal
Gunakan layanan keamanan siber pihak ketiga yang menawarkan pemantauan kerentanan dan analisis keamanan. Layanan seperti ini dapat menyediakan wawasan untuk menjaga aplikasi tetap aman.
Baca Juga: Harga Jasa Pentest LOGIQUE, Biaya Terjangkau Kualitas Terbaik
Jika Anda membutuhkan bantuan profesional dari tim ahli keamanan siber, Anda bisa menghubungi LOGIQUE. Kami menawarkan jasa pentest profesional yang dirancang untuk mengevaluasi dan memperkuat keamanan sistem Anda. Dengan tim yang terdiri dari pentester berpengalaman dan bersertifikasi internasional, LOGIQUE siap membantu Anda mengidentifikasi kelemahan dalam infrastruktur IT Anda, memberikan rekomendasi yang efektif, dan memastikan bahwa aplikasi serta data Anda terlindungi dari ancaman siber.
Hubungi LOGIQUE melalui WhatsApp 0811-870-321 untuk penjelasan lebih lanjut.