Budaya bekerja jarak jauh sepertinya di masa depan akan lebih populer dan banyak diimplementasikan alih-alih ditinggalkan. Terlebih, saat ini di kota-kota besar di Indonesia dan di seluruh dunia sedang gencar melaksanakan kembali PSBB (Pengendalian Sosial Berskala Besar) dan Lockdown. Sehingga, mau tidak mau perusahaan-perusahaan wajib melaksanakan kerja jarak jauh.
Selama satu tahun pandemi Covid-19, perusahaan di seluruh dunia melaksanakan kerja jarak jauh dengan sistem dan strategi yang berbeda-beda sesuai dengan budaya dan sistem kerja mereka. Namun, kebanyakan perusahaan pasti menggunakan bantuan aplikasi kerja seperti Slack, atau bahkan aplikasi umum seperti panggilan suara dan video yakni Skype dan Zoom untuk menunjang kerja jarak jauh.
Adaptasi dari kerja secara offline di kantor dengan kerja jarak jauh pasti lah tidak mudah dan membutuhkan banyak waktu. Beruntung bagi perusahaan yang bahkan sebelum pandemi sudah memungkinkan untuk melaksanakan kerja jarak jauh seperti perusahaan yang bergerak di bidang IT. Yang mungkin berubah bagi mereka saat ini adalah dari skala kerja jarak jauh yang menjadi lebih masif dan dilakukan full time.
Lembaga Survey Amerika Serikat bernama Gallup melakukan survey pada tahun 2020 mengenai kerja jarak jauh dan hasilnya adalah 60% dari pekerja yang sudah melakukan atau mengalami kerja jarak jauh mengatakan mereka ingin terus bekerja dari rumah meskipun nanti aktivitas bisnis, perkantoran, dan sekolah sudah dikembali dibuka untuk umum. Hasil penelitian lain juga menunjukkan bahwa kerja jarak jauh membuat karyawan mengurangi izin kerja mereka sehingga produktivitas menjadi meningkat, sehingga menguntungkan perusahaan.
Sementara itu, dalam survey yang dilakukan oleh Deloitte Dbriefs terhadap pengusaha, 40% responden mengungkapkan mereka sedang mengembangkan strategi untuk mengevaluasi peran dan kerja sama tim dalam pelaksanaan kerja jarak jauh yang dilakukan secara permanen. Itu artinya, baik dari pihak karyawan dan pengusaha sama-sama menginginkan dan berusaha untuk mewujudkan cita-cita kerja jarak jauh karena sangat menguntungkan bagi kedua pihak.
Berdasarkan survey Deloitte yang sudah dijelaskan di atas, dapat kita simpulkan bahwa kerja jarak jauh tentunya membutuhkan strategi yang harus dicapai agar implementasi kerja jarak jauh berjalan lancar dan efisien. Mayoritas responden mengatakan bahwa kerja jarak jauh bisa meningkatkan produktivitas kerja karyawan.
Gagasan mengenai kerja jarak jauh dengan segala keuntungan bagi karyawan dan pengusaha sering kali hanya dilihat sebagai proses kerja yang dilakukan di rumah melalui sarana video call seperti Skype atau Zoom dan aplikasi perpesanan kantor semisal Slack. Namun, budaya kerja jarak jauh lebih dari itu. Jika Anda juga sepakat dengan sebagian responden Deloitte bahwa Anda ingin mengembangkan strategi kerja jarak jauh, kami memiliki beberapa tips dan masukan yang bisa Anda implementasikan di perusahaan Anda.
Mulai dari Pemimpin
Dalam menyusun strategi seperti pada umumnya, semua hal bermula dari gagasan dan cita-cita yang ingin dicapai bersama. Jika Anda memiliki pengaruh yang besar di perusahaan Anda dan memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan dan meningkatkan produktivitas bersama, maka Anda bisa memulainya dengan mengartikulasikan visi misi perusahaan Anda. Hal ini bertujuan untuk menyadarkan seluruh karyawan di perusahaan Anda bahwa bahkan selama bekerja secara jarak jauh pun, mereka tetaplah memiliki tujuan yang harus dicapai bersama meskipun tanpa tatap muka dan fisik sekalipun.
Sebagai pemimpin, Anda juga yang bertanggung jawab untuk menyusun gagasan standar operasional dan menentukan gagasan prosedur kerja jarak jauh yang akan diimplementasikan. Detil dari standar operasional dan prosedur kemudian dapat dilimpahkan ke bagian HR.
Baca Juga: 5 Rekomendasi Remote Working Tools untuk Kerja Remote atau WFH
Pastikan Fasilitas Mendukung dan Memadai
Efektivitas dan produktivitas kerja jarak jauh dapat dimaksimalkan jika karyawan memiliki fasilitas yang memadai di rumah untuk mengerjakan pekerjaan mereka. Anda harus memastikan bahwa perangkat hardware dan software yang digunakan akan menghasilkan output yang sama seperti ketika mereka bekerja di kantor. Perlu diperhatikan bahwa tidak semua karyawan memiliki fasilitas yang cukup baik dari hardware utama yakni komputer atau laptop hingga fasilitas pendukung lain seperti furniture dan ruangan kerja yang baik.
Anda dapat mengembangkan sistem atau software (yang paling parktis adalah membelinya atau berlangganan software) yang menunjang komunikasi, berinovasi, dan kolaborasi secara virtual. Hal ini dikarenakan banyak software gratis di luaran yang memberikan fasilitas terbatas (seperti Zoom yang hanya memberikan batas waktu video call selama 40 menit per-sesi).
Tidak hanya itu, karena kerja jarak jauh sangat mengandalkan koneksi internet, ada baiknya Anda juga memberikan fasilitas yang baik kepada karyawan. Namun, hal ini kemudian akan memunculkan potensi masalah lain dari segi keamanan data perusahaan Anda di jaringan terbuka. Untuk itu, Anda juga harus menyiapkan tim atau anggaran tambahan untuk mengantisipasi hal tersebut.
Berubah ke Otomatisasi
Bagi perusahaan yang bergerak di bidang konvensional, mungkin akan agak susah untuk mengerjakan pekerjaan di luar kantor karena akses pengambilan data yang dibatasi untuk melindungi data perusahaan tersebut. Saran dari kami adalah Anda bisa memulai untuk membuat pekerjaan yang dulu harus dikerjakan secara manual untuk selanjutnya dikerjakan secara otomatis oleh software atau sistem. Hal ini bertujuan agar karyawan yang bekerja di rumah hanya berfokus pada pekerjaan yang bersifat kolaborasi, kreativitas, pengembangan, berpikir kritis, dan inovasi.
Lakukan Tatap Muka Virtual, Tetapi jangan Terlalu Sering
Bekerja jarak jauh membuat karyawan kehilangan kesempatan untuk berinteraksi dan membangun relasi secara fisik. Hal ini tentu saja bisa membawa dampak yakni karyawan merasa kesepian atau bahkan tidak merasa menjadi bagian dari tim atau perusahaan. Untuk itu, setidaknya dalam tim kerja, perlu untuk senantiasa berkomunikasi tatap muka virtual misal melalui aplikasi Skype atau Zoom. Mungkin hal ini sudah dilakukan jika mereka sering melakukan rapat, tetapi perlu diingat bahwa terlalu banyak rapat justru akan mengurangi produktivitas karyawan. Buatlah guidance perkerjaan yang efisien dalam bentuk teks atau video sehingga intensitas rapat virtual yang urgensinya sedikit dapat dikurangi.
Baca Juga: Remote Working Indonesia: Bagaimana Kerja Remote di Indonesia?
Tetapkan Batasan Jam Kerja yang Jelas
Salah satu perhatian utama dari sisi karyawan dalam pelaksanaan kerja jarak jauh adalah bahwa mereka bahkan bekerja lebih panjang dibanding saat mereka bekerja di kantor. Kerja jarak jauh seakan mengaburkan batasan jam kerja karena menurut perusahaan atau HR, karyawan memungkinkan untuk mengerjakan tugas mereka menggunakan perangkat dan fasilitas yang disediakan dan tidak terbentur jam tutup kantor dan sebagainya. Terkadang, factor ini lah yang dijadikan sebagai alasan perusahaan untuk menuntut karyawan untuk selalu stand by 24/7 dalam pekerjaan mereka.
Namun, sebenarnya hal ini membawa dampak buruk bagi kesehatan karyawan jika mereka harus lembur setiap hari yang kemudian akan mempengaruhi produktivitas karyawan ke depannya. Tetapkan batasan jam kerja yang jelas bagi karyawan sesuai kesepakatan bersama. Anda juga bisa menggunakan aplikasi HR seperti Dokodemo Kerja untuk mengetahui dan mengevaluasi kinerja karyawan Anda.
Layanan Logique Digital Indonesia
Logique Digital Indonesia merupakan salah satu perusahaan yang memiliki kebijakan kerja remote di Indonesia. Logique merupakan konsultan IT dengan beragam layanan seperti jasa pembuatan website, pengembangan aplikasi mobile, optimasi SEO, dan lain-lain. Anda dapat mengunjungi halaman karir Logique untuk mengetahui lowongan kerja remote yang sedang dibutuhkan.
Logique juga mengembangkan aplikasi kerja remote bernama Dokodemo-Kerja untuk memudahkan perusahaan-perusahaan dalam menjalankan sistem kerja remote. Jika Anda tertarik untuk menggunakannya Anda dapat menghubungi kami untuk mendapatkan informasi lebih lanjut.