Panduan Scrum bagian 4 ini akan menjelaskan Scrum Artifact untuk Anda. Scrum merupakan kerangka kerja untuk kolaborasi tim yang efektif dalam mengelola produk yang kompleks. Sudah banyak perusahaan yang menggunakan kerangka kerja ini sehingga delivery produk yang dikembangkan dapat dilakukan dengan cepat.
Kerangka kerja Scrum ini akan dijalankan oleh Scrum Team berisi beberapa anggota dengan peran dan tugasnya masing-masing yaitu :
- Tim Developers : merupakan anggota Scrum Team yang berperan untuk menciptakan Increment pada produk yang dikembangkan.
- Product Owner : merupakan anggota Scrum Team yang bertanggung jawab untuk memastikan bahwa produk yang dihasilkan memiliki value yang maksimal.
- Scrum Master : bertanggung jawab untuk mendukung penggunaan Scrum yang baik di dalam tim.
Selain itu, agar proses pengembangan produk dapat berjalan secara teratur, maka Scrum Events akan diadakan secara rutin. Scrum Event tersebut terdiri dari Sprint, Sprint Planning, Daily Scrum, Sprint Review, dan Sprint Retrospective. Masing-masing events ini perlu dilakukan agar transparansi dapat dilihat oleh semua pihak yang bertanggung jawab di dalamnya.
Di artikel-artikel sebelumnya, kami sudah mengulas berbagai informasi mengenai kerangka kerja Scrum ini mulai dari definisi, teori, anggota Scrum Team, sampai Scrum Events.
Jika Anda tertarik untuk memahami panduan Scrum secara lebih mendalam, Anda dapat membaca penjelasan tersebut di artikel-artikel berikut:
- Panduan Scrum Part 1: Apa itu Scrum? (Pengertian, Teori, dan Nilai-nilainya)
- Panduan Scrum Part 2: Siapa Saja yang Menjadi Anggota Scrum Team? dan
- Panduan Scrum Part 3: Penjelasan Mengenai Scrum Events
Panduan yang kami jelaskan bersumber dari website resmi Scrum yaitu www.scrumguides.org. Kami sarankan untuk membaca terlebih dahulu panduan Scrum yang telah kami sediakan sebelumnya, agar Anda dapat lebih mudah memahami Scrum Artifact. Berikut penjelasan Scrum Artifact untuk Anda.
Table of Contents
Apa Itu Scrum Artifact?
Scrum Artifact merupakan bagian dari kerangka kerja Scrum untuk merepresentasikan pekerjaan atau nilai bisnis guna terciptanya transparansi informasi. Artefak yang dijabarkan di dalam kerangka kerja Scrum ini dirancang sedemikian rupa untuk memaksimalkan transparansi informasi utama sehingga setiap orang memiliki pemahaman yang sama mengenai artefak tersebut.
Scrum terdiri dari 3 artifact, yaitu :
- Product Backlog : untuk melihat progress untuk mencapai Product Goal
- Sprint Backlog : untuk melihat progress dari Sprint Goal
- Product Increment : untuk melihat progress yang dicapai menuju definisi “selesai”.
Masing-masing Scrum Artifact tersebut berisi komitmen atau tanggung jawab yang dapat menyediakan transparansi serta membantu tim agar bisa fokus pada kemajuan yang dapat diukur. Informasi yang ada di dalamnya juga dapat digunakan oleh Scrum Team dan para stakeholders untuk mendapatkan suatu pemahaman yang sama dari proses pengembangan produk. Jadi, ketika mereka ingin memeriksa bagaimana kemajuan proyek, mereka dapat melihatnya dari Scrum Artifact ini. Berikut penjelasan untuk masing-masing Scrum Artifact.
Penjelasan 3 Scrum Artifact
1. Product Backlog
Product Backlog adalah daftar berurutan mengenai fitur dan perbaikan apa saja yang dibutuhkan untuk meningkatkan suatu produk. Daftar ini menjadi satu-satunya sumber untuk mengetahui pekerjaan yang akan dilakukan oleh Tim Scrum selama Sprint. Sebagian orang menyebut Product Backlog sebagai “living artifact” atau artefak hidup. Disebut demikian, karena item Product Backlog akan terus diperbarui sesuai dengan kebutuhan stakeholder.
Item Product Backlog yang dapat dikerjakan oleh Scrum Team merupakan item yang dianggap paling penting dan sudah ditetapkan atau dipilih pada saat acara Sprint Planning berlangsung. Transparansi dari item-item Product Backlog biasanya akan diperoleh setelah Product Backlog Refinement. Product Backlog Refinement sendiri berarti tindakan menambahkan detail, estimasi, serta membuat urutan item dalam Product Backlog.
Selain itu, Product Backlog juga akan membantu anggota tim untuk memahami beberapa hal, seperti:
- memastikan semua anggota Scrum Team memahami apa yang sedang dikerjakan
- membantu membuat keputusan sesuai dengan prioritas kebutuhan bisnis
- membantu membuat prediksi seberapa besar pengembangan yang dapat dilakukan dalam kurun waktu tertentu
Komitmen: Product Goal
Product Backlog berkaitan erat dengan Product Goal. Dari Product Goal, tim bisa mendapat gambaran bagaimana kondisi produk yang akan dikembangkan selama Sprint berjalan. Oleh karena itulah, ketika mengerjakan item Product Backlog, Product Goal menjadi target yang ingin dicapai.
Dalam kerangka kerja Scrum, sebuah produk menjadi “kendaraan” yang digunakan untuk menyampaikan value / nilai. Product Goal adalah tujuan jangka panjang. Jadi, Scrum Team harus dapat memenuhi (atau meninggalkan) satu tujuan sebelum mengambil tujuan berikutnya.
2. Sprint Backlog
Scrum Artifact selanjutnya adalah Sprint Backlog. Seperti yang sudah dijelaskan di panduan Scrum part 2, Sprint menjadi “jantung” dalam kerangka kerja Scrum. Untuk mengetahui fitur apa yang harus dikembangkan di setiap Sprint, maka tim dapat memeriksa melalui Sprint Backlog.
Sprint Backlog merupakan to do list untuk mendeskripsikan fungsi apa saja yang harus dikembangkan untuk sebuah produk selama Sprint tertentu. Sprint Backlog berisi Sprint Goal, item Product Backlog yang dipilih untuk dikerjakan dalam Sprint, serta plan yang dapat ditindaklanjuti untuk menghadirkan increment.

Scrum Artifact ini dibuat dan ditujukan untuk tim Developers. Mereka akan memilih item Product Backlog sesuai dengan prioritaskan, kemudian menambahkannya ke dalam Sprint Backlog, dan membaginya menjadi beberapa tugas. Tim Developer kemudian dapat mengerjakan tugas-tugas tersebut sesuai kebutuhan selama Sprint.
Komitmen: Sprint Goal
Dari Scrum Artifact ini, Developer akan mendapat gambaran secara real time mengenai pekerjaan-pekerjaan yang harus diselesaikan selama Sprint untuk mencapai Sprint Goal.
Sprint Goal tersebut sebelumnya sudah dibuat ketika Sprint Planning. Sprint Goal kemudian ditambahkan ke dalam Sprint Backlog untuk dijadikan sebagai target yang harus dicapai. Jika terjadi hal-hal diluar ekspektasi terjadi selama Sprint berjalan, maka scope pekerjaan dapat dinegosiasikan kembali dengan Product Owner. Namun perlu diingat perubahan scope pekerjaan yang terjadi tetap tidak boleh mengubah Sprint Goal yang sudah ditetapkan.
Baca Juga: Pentingnya Digital Marketing Selama Pandemi (Contoh Strategi)
3. Product Increment
Product Increment merupakan Scrum Artifact yang penting. Scrum Guide mendeskripsikan Product Increment sebagai batu loncatan untuk mencapai Product Goal. Increment merupakan jumlah dari semua item Product Backlog yang diselesaikan selama Sprint berjalan. Setiap increment akan dikumpulkan dengan increment sebelumnya untuk diverifikasi secara menyeluruh dan dipastikan bahwa semua increment dapat berfungsi bersama.
Tim Developers menjadi anggota Scrum Team yang bertugas untuk menciptakan aspek-aspek Increment (peningkatan) yang berguna di setiap Sprint. Perlu Anda ingat, Increment yang sudah diciptakan dapat dikatakan memiliki value ketika increment tersebut dapat digunakan. Terlepas apakah Product Owner memutuskan untuk merilisnya atau tidak, Increment yang dihasilka oleh tim Developer harus tetap usable atau dapat digunakan.
Jumlah increments yang telah dicapai akan disajikan dalam Sprint Review. Meskipun demikian, increment juga memungkinkan untuk dapat dikirim langsung ke tangan stakeholders sebelum Sprint berakhir.
Komitmen: Definisi “Selesai”
Jika Product Backlog digunakan untuk mencapai Product Goal, Sprint Backlog untuk mencapai Sprint Goal, maka Increment ini digunakan oleh tim untuk mencapai definisi “selesai”.
Definisi “selesai” adalah keadaan dimana Increment memenuhi kualitas yang dibutuhkan oleh suatu produk. Ketika item yang ada di Product Backlog dikerjakan dan hasilnya sesuai dengan apa yang diharapkan, maka dapat dikatakan bahwa Increment telah diciptakan. Namun jika item Product Backlog tidak memenuhi Definisi “Selesai”, maka hasil pekerjaan tersebut tidak akan dirilis atau dipresentasikan dalam Sprint Review.
Jadi, definisi “selesai” juga dapat dikatakan sebagai pemahaman bersama di dalam Scrum Team tentang apa yang diperlukan agar Increment dapat dirilis. Jika definisi “selesai” untuk sebuah Increment ditetapkan sebagai bagian dari standar perusahaan, maka semua Scrum Team harus mengikutinya. Namun jika tidak, maka Scrum Team harus membuat Definisi “selesai” sendiri sesuai dengan produk yang dikembangkan.
Tim Developer juga harus dipastikan untuk bisa memenuhi definisi tersebut. Ketika ada beberapa anggota tim yang bekerja sama dalam sebuah produk, mereka harus bisa menetapkan dan mematuhi Definisi “selesai” yang sama.
Baca Juga: 5 Alasan Mengapa Sistem Booking Online Dibutuhkan Perusahaan Travel
Kesimpulan
Scrum Artifact menjadi bagian penting di dalam kerangka kerja Scrum. Scrum Artifact berisi informasi yang dapat digunakan oleh Scrum Team serta stakeholders untuk memeriksa rincian produk yang sedang dikembangkan, tindakan untuk memproduksinya, serta berbagai hal yang perlu dilakukan selama proyek. Dengan Scrum Artifact tersebut, Scrum Team dapat memiliki gambaran mengenai Goal yang harus dicapai.
Dari penjelasan panduan Scrum bagian 1 sampai dengan bagian ke 4, dapat diambil kesimpulan bahwa kerangka kerja Scrum menawarkan metodologi yang baik dalam mengelola pengembangan produk. Dengan kerangka kerja ini, produk yang kompleks sekalipun dapat Anda delivery dalam waktu yang lebih singkat.
LOGIQUE Digital Indonesia menjadi salah satu perusahaan pengembang perangkat lunak di Indonesia yang mengaplikasikan kerangka kerja Scrum. Dengan Scrum, tim developer dari LOGIQUE serta pihak klien dapat saling berkolaborasi untuk menghasilkan produk terbaik.
Jika Anda tertarik untuk mengembangkan produk digital seperti website, aplikasi mobile, atau pun sistem PWA, silakan hubungi kami. Tim LOGIQUE akan dengan senang hati membantu pengembangan produk sesuai dengan tujuan yang ingin bisnis Anda capai. Hubungi LOGIQUE.