Agile vs DevOps vs CI/CD, kira-kira apa yang membedakannya? Ketiga istilah ini memang sering diperbandingkan antara yang satu dengan yang lain karena banyak dipergunakan dalam proses pengembangan software. Tidak heran jika banyak dari tim pengembang yang sulit membedakannya.
Agile vs DevOps vs CI/CD menjadi istilah yang digunakan dalam proses pengembangan dan pengujian perangkat lunak. Meskipun konsepnya berbeda, namun ketiga istilah tersebut sama-sama menekankan pada perubahan, otomatisasi, serta responsiveness.
Untuk mengetahui apa perbedaan dari Agile, CI/CD, dan DevOps, Anda dapat memahaminya dari penjelasan masing-masing istilah tersebut.
Baca Juga: Panduan Scrum Part 1: Apa itu Scrum? (Pengertian, Teori, dan Nilai-nilainya)
Table of Contents
Pengertian Agile vs DevOps vs CI/CD
Apa Itu Agile?
Dalam pengembangan perangkat lunak, istilah agile mengacu pada serangkaian kerangka kerja dan praktik yang mengikuti 12 prinsip utama serta nilai-nilai yang ada di dalam Manifesto for Agile Software Development. Nilai-nilai dan prinsip-prinsip tersebut memberikan pedoman tentang bagaimana tim harus menanggapi perubahan serta bagaimana menghadapi ketidakpastian.
Agile Beradaptasi dengan Cepat Terhadap Perubahan
Daripada mengikuti rencana yang sudah ditetapkan di awal, tim developer yang bekerja dengan metode Agile lebih fokus untuk merespon feedback dari pelanggan dan beradaptasi dengan perubahan dengan cepat. Oleh karena itulah, Agile sangat sesuai untuk pengembangan produk dimana kebutuhan bisnis dan teknis sering berubah seiring dengan kemajuan proyek.
Perlu Anda ketahui, Agile merupakan metodologi yang bersifat iteratif (berulang) dan inkremental (berkembang sedikit demi sedikit secara teratur). Iteratif adalah proses membuat kemajuan pada suatu produk dengan melakukan perbaikan yang berurutan. Jadi, tim developer akan mulai mengembangkan bagian pertama dari sebuah produk dan memahami bahwa ada beberapa bagian yang belum lengkap pada produk tersebut. Tim developer kemudian secara berulang mengembangkan bagian-bagian tersebut sampai produk yang dikembangkan memiliki hasil akhir yang memuaskan. Dalam Agile development, proses pengembangan berulang ini akan mempertimbangkan feedback dari klien.
Proses Inkremental berbeda dengan proses iteratif. Incremental merupakan proses delivery komponen perangkat lunak dalam beberapa tahapan. Setiap tambahan komponen mewakili subset fungsionalitas sebuah sistem yang dikembangkan dengan kode yang lengkap serta sudah melalui proses testing. Sebagai contoh, pada situs web e-commerce, fitur pembayaran yang tersedia hanya melalui kartu kredit dan debit. Pada proses inkremental atau proses rilis berikutnya, situs website sudah mendukung pembayaran melalui dompet digital.
Proses iteratif dan inkremental ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan klien sehingga delivery produk dapat dilakukan dalam waktu yang lebih singkat.
Selain itu, perlu Anda ketahui bahwa salah satu hal yang membedakan Agile development dengan metode pengembangan software yang lain adalah fokus tim ketika mengerjakan proyek serta cara mereka bekerjasama. Dalam pengembangan produk, Agile development akan menyoroti kolaborasi yang kuat antara tim pengembang dengan klien agar output yang dihasilkan sesuai dengan harapan. Selain itu, anggota tim juga harus bisa mengatur atau mengelola dirinya sendiri untuk menyelesaikan pekerjaan mereka (Self-organization).
Baca Juga: 4 Nilai dan 12 Prinsip Utama dalam Agile Software Development
Apa itu CI / CD?
CI / CD merupakan metode untuk mengirimkan aplikasi ke pelanggan secara rutin dengan memperkenalkan otomatisasi ke dalam tahapan pengembangan aplikasi. Konsep utama yang menjadi ciri CI / CD adalah continuous integration, continuous delivery, dan continuous deployment. CI / CD ini dapat menjadi solusi untuk masalah yang muncul ketika mengintegrasikan kode baru dalam proses development, atau sering disebut dengan istilah integration hell.
Continuous Integration
CI atau Continuous Integration merupakan praktek engineering dimana setiap anggota tim developer akan mengintegrasikan kode mereka secara rutin atau dengan frekuensi yang tinggi. Tim yang menerapkan metode CI ini bertujuan agar integrasi kode dapat dilakukan setiap hari atau bahkan setiap jam.
Karena integrasi biasanya memakan banyak waktu dan tenaga, metode CI bergantung pada alat otomatisasi yang menjalankan proses building dan testing. Inti dari CI adalah untuk menetapkan software-defined lifecycle yang dapat mengurangi effort yang dibutuhkan selama pengembangan produk dan integrasi. CI juga dapat membantu deteksi kesalahan dalam kode sejak tahap awal.
Continuous Delivery
CD atau Continuous Delivery merupakan sebuah praktik yang memastikan bahwa kode selalu dalam status “deployable”. Artinya, semua perubahan yang ada di dalam kode baik itu penambahan fitur baru, perbaikan bug, perubahan konfigurasi, atau yang lain, akan selalu siap untuk diterapkan ke dalam production environment atau bahkan ke tangan pelanggan dengan cepat dan aman secara berkelanjutan. Inti dari CD ini adalah untuk memungkinkan proses deployment yang dilakukan secara rutin atau sesuai permintaan.
Perlu Anda ketahui, agar proses CI dan CD ini berhasil dijalankan, maka tim perlu menyediakan CI/CD tools yang tepat. CI / CD yang dijalankan dengan baik dapat memfasilitasi agile development karena perubahan yang ada pada software dapat diproduksi secara rutin untuk diserahkan kepada pelanggan. Dengan demikian, pelanggan memiliki lebih banyak kesempatan untuk memberikan feedback pada perubahan-perubahan yang ada pada produk yang dikembangkan.
Apa itu DevOps?
DevOps (Development dan Operations) adalah kombinasi dari culture, praktik, dan alat untuk meningkatkan kemampuan sebuah perusahaan untuk proses delivery aplikasi dengan kecepatan tinggi. DevOps juga mengacu pada pola pikir serta berfokus pada komunikasi dan kolaborasi antara tim developer (tim yang menulis kode software) dengan tim IT operation (tim yang bertanggung jawab untuk men-deploy). Konsep dari DevOps ini dapat mengotomatiskan dan mengintegrasikan proses yang dilakukan kedua tim tersebut sehingga mereka dapat membangun, menguji, merilis perangkat lunak dengan cepat.
Secara tradisional, kedua kelompok ini bekerja secara terpisah. Jadi, DevOps memecahkan masalah komunikasi antara kedua tim untuk menciptakan kualitas perangkat lunak yang lebih baik.
Mengapa DevOps Dibutuhkan?
Tanpa DevOps hubungan antara developer dengan IT operation sering kali berlawanan. Sebagai contoh, ketika tim developer selesai membuat kode untuk software yang dikembangkan, maka mereka akan menyerahkannya kepada tim QA (Quality Assurance). QA kemudian akan melakukan pengujian untuk menemukan bug dan membawanya ke tim developer untuk di-debug. Selanjutnya Dev akan menyalahkan QA untuk pengujian bug tersebut. Ketika bug akhirnya teratasi, QA akan menyerahkan kode tersebut ke bagian IT Operation. Karena tim Ops harus membatasi perubahan pada sistem mereka, maka kemungkinan besar sistem crashing saat kode dirilis. Ops kemudian akan menyalahkan QA dan Devs.
Untuk mengatasi hal tersebut, DevOps akan membentuk cross-functional teams agar tim dapat saling berkolaborasi dan bekerja sama secara efektif. Tujuannya adalah untuk membuat tim saling mempercayai satu sama lain dan memahami kebutuhan dan prioritas yang terkadang bertentangan.
Pada intinya, DevOps akan melibatkan kolaborasi yang lebih erat dan tanggung jawab bersama antara tim pengembangan dan operasi untuk produk yang dikembangkan. Cara ini dapat membantu perusahaan untuk menyelaraskan orang-orang, proses, dan alat yang digunakan untuk mencapai kepuasan pelanggan.
Tools DevOps
Tidak ada alat khusus yang diperlukan untuk DevOps. Di departemen TI yang berukuran kecil, Anda hanya membutuhkan hubungan yang baik antara pengembang dan IT operation. Meskipun demikian, banyak perusahaan yang mengadopsi CI / CD pipeline yang memungkinkan continuous integration dan continuous delivery atau continuous deployment dapat berjalan dengan baik.
CI/CD tool set biasanya terdiri dari beberapa alat, seperti:
- source code management
- artifact manager
- CI engine
- test tools
- configuration management tools
- cloud hosting
- Seperangkat monitoring tools
- dan lain-lain
Baca Juga: Tools Apa Saja yang Harus Dikuasai DevOps Engineer?
Agile vs DevOps vs CI/CD, Apa Perbedaannya?
Dari penjelasan di atas, dapat diketahui terdapat perbedaaan utama untuk ketiga istilah tersebut, yaitu:
- Agile memiliki fokus pada perubahan sambil mempercepat proses delivery produk.
- CI/CD memiliki fokus pada software-defined life cycles dengan perhatian utama pada alat-alat yang digunakan untuk proses otomatisasi.
- DevOps memiliki fokus utama pada budaya pengembangan software yang menekankan responsiveness.
Jadi, Agile vs DevOps vs CI/CD memang memiliki perbedaan, namun perlu Anda ketahui bahwa ketiga istilah tersebut saling berkaitan antara yang satu dengan yang lain. Agile memiliki fokus pada proses pengembangan, CI / CD pada praktik pengembangan kode software, dan DevOps pada budayanya.
DevOps merupakan bagian dari Agile software development. Konsep DevOps berawal saat tim Agile menyadari bahwa continuous delivery dari sebuah software akan membuat tim developer harus bekerja secara efektif dengan tim operasi. Oleh karena itulah, DevOps dipergunakan.
Solusi Continuous Integration dan Continous Delivery (CI / CD) juga dipergunakan karena memungkinkan developer untuk melakukan perubahan kode secara berkelanjutan dan memastikan kode tersebut bekerja dengan baik. Pada gambar Devops Infinity Loop di bawah ini dapat Anda lihat bahwa Continuous Integration dan Continous Delivery sesuai dengan konsep DevOps. Konsep ini memungkinkan proses deployment dapat dilakukan secara rutin atau sesuai permintaan.
Kesimpulan
Agile vs DevOps vs CI/CD merupakan metode-metode yang dipergunakan dalam pengembangan software. Masing-masing metode memiliki fungsi dan peran yang berbeda. Meskipun demikian ketiga metode tersebut memiliki tujuan yang sama yaitu untuk menghasilkan perangkat lunak yang bernilai tinggi dalam waktu yang lebih singkat.
Itu dia penjelasan singkat yang dapat kami berikan mengenai perbedaan Agile vs DevOps vs CI/CD untuk Anda. Dalam pengembangan produk-produk kami baik itu website atau pun mobile app, LOGIQUE Digital Indonesia juga menerapkan metode Agile Software Development. Tim akan saling berkolaborasi dan bekerjasama agar produk dapat dirilis dalam waktu yang singkat. Dengan demikian, klien tidak perlu menunggu terlalu lama untuk bisa menggunakan sistem yang mereka kembangkan. Meskipun proses pengembangan dilakukan dalam waktu cepat, LOGIQUE tetap memperhatikan kualitas serta keamanan dari sistem yang digunakan oleh klien.
Apakah Anda tertarik untuk mengembangkan website, mobile app, PWA untuk perusahaan Anda? Jika “ya”, silakan hubungi tim kami. LOGIQUE juga dapat menyediakan layanan DevOps pada Server Cloud untuk Anda. Hubungi LOGIQUE.