Hacking adalah hal yang tidak ambigu dan tidak membutuhkan pengenalan. Memang, dalam pikiran kolektif masyarakat umum, hacking sering kali memunculkan citra yang sangat spesifik, yang bisa dikaitkan dengan citra kejahatan atau pecurian. Namun, dalam kompleksitas lingkungan digital saat ini yang terus berubah, telah berkembang jenis hacker tertentu yang memanfaatkan sistem hacking bisnis dengan cara yang sama sekali berbeda secara hukum.
Baca Juga: Apa Itu Brute Force? Apa Saja Metode yang Digunakan?
Perlindungan dari Black Hat Hacker
Bagi perusahaan atau organisasi, terbaik untuk menghentikan hacking adalah dengan mengalahkan mereka di permainan mereka sendiri, yang ingin dicapai oleh hacker yang etis. Cara ini secara efektif melindungi atasan mereka dari rekan-rekan hacker mereka yang lebih jahat, yang disebut peretas Topi Hitam (Black Hat Hacker). Secara khusus, ada berbagai alasan untuk menggunakan Hacker etis untuk membobol jaringan sendiri.
Alasan paling umum adalah untuk melakukan ‘tes keamanan’ dengan meretas ke dalam sistem digital yang dimiliki oleh organisasi itu sendiri, di mana Hacker etis akan memiliki izin penuh untuk melakukannya. Dengan meniru pembobolan sistem, strategi pertahanan baru dapat diusulkan dan diimplementasikan. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi apakah ada kerentanan atau kebocoran dalam suatu sistem. Cara terbaik untuk melakukan ini adalah dengan ‘memainkan peran’ bagian dari Hacker di masa depan yang ingin mendapatkan akses jahat ke jaringan.
Dalam hal ini, Hacker etis kemudian mereplikasi bagaimana dan di mana Black Hat Hacker akan menyerang. Jika hacker etis berhasil masuk ke sistem, maka cara yang digunakan hacker yang menembus sistem (kerentanan atau kebocoran sistem) akan dijelaskan kepada atasan mereka, sehingga dapat memperbaiki kerentanan tersebut.
Perlindungan Data
Perusahaan yang menangani data pribadi yang sensitif, tidak diragukan lagi akan berada di bawah tekanan oleh pihak tertentu untuk memastikan perlindungan data tersebut. Misalnya, perusahaan tersebut akan berada di bawah peraturan tertentu yang berlaku secara universal, seperti Peraturan Perlindungan Data Umum, yang memberlakukan undang-undang yang berkaitan dengan perlindungan data. Contohnya di Eropa, perusahaan yang tidak mematuhi undang-undang ini akan didenda sekitar 20 Juta Euro. Karena serangan cyber yang berbahaya berpotensi mengakibatkan kebocoran sejumlah besar data sensitif, perusahaan tersebut akan bertanggung jawab berdasarkan undang-undang data baru yang disebutkan di atas. Oleh sebab itu, maka mempekerjakan Hacker etis menghindari hukuman atas kasus serangan semacam itu, karena perusahaan akan dapat membuktikan dedikasi mereka terhadap masalah perlindungan data.
Baca Juga: Apa Itu Spyware? Bagaimana Cara Mengatasinya?
Layanan Logique Digital Indonesia
Logique Digital Indonesia menawarkan jasa penetration testing untuk meningkatkan sistem keamanan website atau aplikasi yang Anda kembangkan. Silakan kunjungi Layanan Pentest kami atau hubungi kami untuk mendapatkan informasi lebih lengkap.